2009/03/10

PENGARUH VARIABEL KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING BERKELANJUTAN

Persaingan bisnis global berada ditengah krisis bisnis mau tidak mau membuat perusahaan harus terus meningkatkan kemampuan bersaingnya ( Competitive Advantage ). Kemampuan itu adalah kesanggupan untuk bisnis dalam upaya memenangkan pangsa pasar atau minimal mempertahankan pangsa yang sudah dimilikinya. Dari sudut pandang pasar global kemampuan ini adalah merupakan daya tarik suatu produk atau jasa yang membuat pelanggan global memilih produk atau jasanya diantara banyak pilihan yang tersedia.
Persaingan adalah ibaratnya perang. Para direktur dan manajer dalam era globalisasi memasuki suatu era persaingan total. Mereka memasuki suatu era dimana memenangkan persaingannya akan semakin sulit. Mereka ditantang dan diuji secara jelas kemampuannya untuk merumuskan strategi bersaing dan memperoleh rumusan kapabilitas bersaing nyata dan berlangsung lama. Persaingan demikian itu terjadi disemua industri baik manufaktur maupun jasa.
Porter (1993) mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam market place. Strategi harus didisain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus (sustainable), sehingga perusahaan dapat mendominasi pasar lama maupun pasar baru. Hal terpenting dalam mencapai kesuksesan strategi yang diterapkan adalah dengan mengidentifikasi asset perusahaan yang sesungguhnya, dalam hal ini adalah tangible dan intangible resources yang membuat organisasi itu unik.
Alfred A Marcus (2005) menyatakan bahwa keunggulan bersaing berkelanjutan adalah tujuan dari strategi manajemen atau kinerja diatas rata-rata industri untuk 10 tahun atau lebih. Beberapa perusahaan mempunyai kinerja lebih baik daripada pesaing mereka untuk jangka waktu yang pendek, tetapi sedikit yang unggul bersaing secara terus menerus dalam periode yang signifikan.
Swierz dan Spencer (1992) memberikan pengertian bahwa keunggulan bersaing adalah suatu posisi unik yang dikembangkan suatu organisasi sebagai upaya untuk mengalahkan pesaing.
Day & Wensley (1988) menyatakan ada dua pijakan dalam mencapai keunggulan bersaing yaitu keunggulan sumber daya dan keunggulan posisi. Dalam penelitiannya tersebut dibuktikan bahwa keunggulan bersaing perusahaan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan ukuran keberhasilan dari suatu perusahaan yang diukur setiap jangka waktu yang telah ditentukan. Hasil ini dapat dikatkan sebagai nilai dari setiap aktivitas yang telah disusun dan dilaksanakan untuk dapat mengidentifikasikan apakah strategi yang dibuat dan pelaksanaannya adalah tepat atau malah sebaliknya. Pelham & Wilson (1996), mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai sukses produk baru dan pengembangan pasar dimana kinerja perusahaan dapat diukur melalui pertumbuhan penjualan dan porsi pasar.
Integrasi strategi merupakan strategi perusahaan untuk mengelola faktor-faktor hubungan yang berkelanjutan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Johnson, 1999) dalam Anton Abdurrahman ( 2005). Borys dan Jemison (1989) dalam Anton Abdurrahman (2005) menambahkan bahwa penerapan strategi integrasi antar perusahaan mampu meningkatkan hubungan yang berkelanjutan untuk mencapai keunggulan bersaing. Muara akhir dari hubungan yang berkelanjutan adalah meningkatnya kinerja perusahaan. Semua manfaat penerapan strategi integrasi antar perusahaan adalah meningkatnya kinerja perusahaan (Johnson, 1999, dalam Anton Abdurrahman,2003)
Meskipun hanya sedikit perusahaan yang benar-benar market driven, para manajer mulai melihat orientasi pasar sebagai faktor yang sangat penting dalam usaha mengamankan dan memelihara market leadership. Sehingga mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih memperkuat basis strateginya dengan konsep-konsep seperti customer focused atau market oriented culture untuk tetap dapat mengakses pasarnya secara menguntungkan untuk menjamin pertumbuhan berkelanjutan, berdasarkan penelitian Ferdinand (2000) dalam Samtim Eko Putranto (2003). Dalam penelitian Jaworski & Kohli (1993) serta Slater & Narver (1994) menyimpulkan bahwa orientasi pasar merupakan faktor penentu kinerja perusahaan tanpa memandang kondisi lingkungan lingkungan eksternal dimana perusahaan itu beroperasi.
Gagasan kunci dari seluruh manajemen strategis adalah mengkoordinasi semua sumber daya perusahaan termasuk SDM dan setiap komponen yang berkontribusi melaksanakan strategi. Jika semua serba terintegrasi tak akan ada yang kontra produksi dan setiap individu bekerja sama sesuai arah yang jelas secara sinergis ( Sjafri Mangkuprawira,2003,p.20)
Upaya pencapaian keunggulan bersaing bagi perusahaan harus mendapat dukungan semua fungsi yang ada, termasuk di dalamnya Manajemen Sumber Daya Manusia ( Nursya'bani Purnama, 2000 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar